Delapan Mahasiswa Palestina Dapat Bantuan BAZNAS Rp80 Juta

0
168

Pedomanku.com:

Kekejaman Yahudi terhadap Palestina menelan korban begitu banyak. Peperangan tersebut berimbas pada carut marutnya semua sendi kehidupan. Salah satunya, mahasiswa Palestina yang kuliah di luar negeri tak dapat berhubungan dengan keluarganya.

Kebiadaban negara Yahudi tersebut menyentuh seluruh ummat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, khususnya di Makassar.  Salah satunya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar.

Lembaga amil beralamat di Jalan Teduh Bersinar Nomor 5, Rappocini Makassar ini, Sabtu, 23 Desember hari ini membantu meringankan penderitaan para mahasiswa yang menuntut pendidikan baik di Universitas Hasanuddin (Unhas), maupun Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINNAM).

Bantuan pendidikan kepada mahasiswa asal Palestina ini juga dirangkaikan dengan pemberian bantuan pendidikan kepada 1000 anak anak SD dan SMP. Jumlah bantuan kepada 1000 siswa tersebut mencapai, Rp1.044.750.000 (satu miliar, empat puluh empat juta, tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Hadir dalam pemberian bantuan itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar. H.Muhyiddin.

Ketua BAZNAS Kota Makassar, HM.Ashar Tamanggong usia penyerahan bantuan sebesar Rp80 juta kepada  delapan mahasiswa asal Palestina mengaku, seluruh dana bantuan yang diberikan berasal dari infak masyarakat muslim yang peduli dengan tragedi yang menimpa sesama ummat.

“Jadi sejak dibuka infak Membasuh Luka  Palestina, berbagai elemen masyarakat, orang perorang, masjid masjid, majelis taklim, hingga tukang sapu jalanan pun memberi infak untuk Palestina melalui BAZNAS Makassar. Target kami saat itu, Rp1 miliar,” tuturnya, seraya menambahkan, malah ada seorang ibu meng-infak-kan emas batangan.

.Menurutnya, infak infak tersebut telah dikirim dalam beberapa tahapan ke Palestina. Tentunya melalui BAZNAS pusat.

Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Makassar, H.Jurlan Em Saho’as di konfirmasi terpisah di ruang kerjanya menjelaskan, ke delapan mahasiswa penerima bantuan tersebut masing masing Hanadi Y.M.Saheen—asal Gaza (Fakultas Kedokteran Unhas), Abdelrahman M.S.Alasttal—asal Khan Younis ( Fakultas Hukum Unhas).  Ale Amer Mustafa Elayyan—asal Ramalah (Fakultas Kedokteran Unhas), Imran Abu Libda –-asal Gaza (Fakultas Teknik Unhas di Gowa). Mamoun MA Abusamra—asal Diralbalah (S2 Fakultas Ilmu Al-Qur’an Hadis UINAM) Mustafa Alaswad—asal Ausdod (-Fakultas Kedokteran Unhas), Osama Adnan Mohd Shalash—asal Nablus (Fakultas Kedokteran Gigi Unhas). Dan, Tameem A.M.Nijim—asal Gaza (Fakultas Ekonomi Unhas).

Menjawab pertanyaan Pedomanku.com seputaran bantuan kepada mahasiswa Palestina masuk dalam salah satu  asnaf, atau golongan penerima zakat, infak dan sedekah (ZIS), H.Jurlan mengaku, bantua tersebut masuk dalam asnaf Fisabilillah.

“Penerima zakat sudah sangat jelas, ada dalam 8 Asnaf yaitu Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Riqab, Gharimin, Fisabilillah dan Ibnu Sabil. Dan, khusus bantuan untuk mahasiswa Palestina yang menuntu ilmu di Makassar ini masuk dalam kategori asnaf Fisabilillah,” jelas jurnalis yang juga seniman ini.

Seperti diketahui, penuntut ilmu yang mencurahkan kemampuan dan meluangkan waktunya untuk mencari ilmu syari’at meski dia mampu berusaha (mencari nafkah) tetap boleh diberi zakat, karena menuntut ilmu termasuk salah satu macam jihad fi sabilillah,

Terpisah, Hanadi Y.M.Saheen—mahasiswa Palestian mewakili rekan rekannya di sela sela penerimaan bantuan pendidikan BAZNAS Kota Makassar merasa haru.

“Saya terharu sekali atas perhatian yang begitu besar dari masyarakat muslim di Makassar ini. Saya juga bangga dengan BAZNAS Makassar yang pada hari ini memberi bantuan yang begitu besar kepada kami mahasiswa dari Palestina,” tuturnya terbata bata.

Bantuan yang diberikan BAZNAS Makassar, demikian Hana—sapaan akrab Hanadi Y.M.Saheen sangat membantu. Pasalnya, saat ini hubungan ke keluarganya di Palestina tidak maksimal.

“Sebelum terjadi penyerangan ke negara kami (Palestina), setiap bulan kami dikirimi biaya dari keluarga. Hanya saja, terhenti akibat perang di sana. Sekalipun demikian, kami tetap tabah. Kami menghadapinya dengan doa, kiranya peperangan di sana terhenti. Dan, negara kami bisa bangkit kembali,” harapnya.

Hana mengakui, sebenarnya keluarga dirinya dan tujuh rekannya di Palestina mampu membiayai semua keperluan kuliah di Makassar. “Tetapi, maklumlah. Ini adalah cobaan. Cobaan besar yang kami hadapi, ketika kami berada jauh dari keluarga. Kami di sini, di Makassar ini untuk menuntut ilmu. Dan kalau selesai kuliah di sini, kami akan kembali untuk mengabdi di negara kami, Palestina,” urainya. (din pattisahusiwa—tim media baznas kota makassar)

Artikulli paraprakBAZNAS Makassar Salurkan bantuan kepada 1000 Murid SD dan SMP
Artikulli tjetërPenghargaan Karya TERETNIK Rumah Adat Sao Mario pada Pameran IAI Sulsel 2023
Media Pedomanku
Dunia jurnalis yang ditekuninya diawali di surat kabar, Pedoman Rakyat Ujung Pandang. Saat itu, tahun 1994, dia ditantang oleh H.L.Arumahi. Kepala Desk Kota tersebut menawarinya bergabung di surat kabar tertua (terbit 1 Maret 1947), sebagai wartawan Kriminal. “Tugasmu, meliput kriminal,” pintanya suatu malam di Percetakan Surat kabar Pedoman Rakyat, Jalan Mappanyukki. Sekalipun masih kuliah si bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H.Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuheplay (keduanya almr) langsung meng-iya-kan tawaran Arumahi. Ternyata, jurnalistik membuatnya mengenal dan mengenal banyak orang, kala itu. Hanya saja, akibat manajemen, Harian Pedoman Rakyat tutup. Pria beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa ini pun bergabung dengan rekannya di koran Makassar. Hanya saja tidak berumur. Pernah bergabung di Tabloid Sorot. Juga tidak berumur. Pernah bergabung bersama Sultan Darampa di Majalah Profile. Tak seberapa lama, diapun dipercayakan memimpin tabloid Intim—juga milik Sultan Darampa. Terbit beberapa kali, dia berpapasan rekan Syahrir-wartawan Ujungpandang Ekspres, persis di KPU Sulawesi Selatan. Syahrir menantang saya bergabung di surat kabar grup Fajar. Lagi lagi saya meng-iya-kan. Di koran Ujungpandang Ekspres, mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-gazali—kini Universitas Islam Makassar (UIM) ini menangani Rubrik Politik. Selama dua tahun di koran berlamat di lantai 4 Graha Pena tersebut, lagi lagi dia ditawari bergabung di PT.Multi Niaga. Dia pun meninggalkan Ujungpandang Ekspres. Di perusahaan baru tersebut, dia dipercayakan sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Inspirasi. Empat tahun lebih bersama rekan rekan di lantai 5 Gedung Multiniaga, Jalan Sultan Alauddin, pemiliknya tidak sanggup melanjutkan usaha media. Bersama rekan rekannya, mereka di tawari ke bagian Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Dia menolak. Berbekal pengalaman mengelola Majalah Inspirasi, Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar di masanya itu, dan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Anshor Kecamatan Tallo Kota Makassar ini pun tertantang membuat majalah sendiri. Dia mengajak Idham Khalid, rekannya sekompleks di Perumahan Taman Rianvina, Minasaupa. Keduanya, sekitar tahun 2010, membuat majalah. Namanya, Inspirasi, 48 halamnan warna. Dan, mengikuti tren, keduanya juga mendirikan website. Online Inspirasimakassar.com. Baik Majalah, maupun online tetap eksis hingga saat ini. Dan karena perkembangan itu pula, dia mendirikan lagi Online lain. Begitu cintanya kepada Pedoman Rakyat, dia menamakan online satunya itu, Pedomanku.com. Ada pula Majalah Pedoman. Di sela sela menekuni jurnalistik, dia yang menamatkan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, Siri Sori Islam Kecamatan Saparua Timur-Maluku Tengah. SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon, kini Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar, juga hingga saat ini dipercayakan bergabung di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini