Pedomanku.com:
Kekejaman Yahudi terhadap Palestina menelan korban begitu banyak. Peperangan tersebut berimbas pada carut marutnya semua sendi kehidupan. Salah satunya, mahasiswa Palestina yang kuliah di luar negeri tak dapat berhubungan dengan keluarganya.
Kebiadaban negara Yahudi tersebut menyentuh seluruh ummat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, khususnya di Makassar. Salah satunya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar.
Lembaga amil beralamat di Jalan Teduh Bersinar Nomor 5, Rappocini Makassar ini, Sabtu, 23 Desember hari ini membantu meringankan penderitaan para mahasiswa yang menuntut pendidikan baik di Universitas Hasanuddin (Unhas), maupun Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINNAM).
Bantuan pendidikan kepada mahasiswa asal Palestina ini juga dirangkaikan dengan pemberian bantuan pendidikan kepada 1000 anak anak SD dan SMP. Jumlah bantuan kepada 1000 siswa tersebut mencapai, Rp1.044.750.000 (satu miliar, empat puluh empat juta, tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Hadir dalam pemberian bantuan itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar. H.Muhyiddin.
Ketua BAZNAS Kota Makassar, HM.Ashar Tamanggong usia penyerahan bantuan sebesar Rp80 juta kepada delapan mahasiswa asal Palestina mengaku, seluruh dana bantuan yang diberikan berasal dari infak masyarakat muslim yang peduli dengan tragedi yang menimpa sesama ummat.
“Jadi sejak dibuka infak Membasuh Luka Palestina, berbagai elemen masyarakat, orang perorang, masjid masjid, majelis taklim, hingga tukang sapu jalanan pun memberi infak untuk Palestina melalui BAZNAS Makassar. Target kami saat itu, Rp1 miliar,” tuturnya, seraya menambahkan, malah ada seorang ibu meng-infak-kan emas batangan.
.Menurutnya, infak infak tersebut telah dikirim dalam beberapa tahapan ke Palestina. Tentunya melalui BAZNAS pusat.
Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Makassar, H.Jurlan Em Saho’as di konfirmasi terpisah di ruang kerjanya menjelaskan, ke delapan mahasiswa penerima bantuan tersebut masing masing Hanadi Y.M.Saheen—asal Gaza (Fakultas Kedokteran Unhas), Abdelrahman M.S.Alasttal—asal Khan Younis ( Fakultas Hukum Unhas). Ale Amer Mustafa Elayyan—asal Ramalah (Fakultas Kedokteran Unhas), Imran Abu Libda –-asal Gaza (Fakultas Teknik Unhas di Gowa). Mamoun MA Abusamra—asal Diralbalah (S2 Fakultas Ilmu Al-Qur’an Hadis UINAM) Mustafa Alaswad—asal Ausdod (-Fakultas Kedokteran Unhas), Osama Adnan Mohd Shalash—asal Nablus (Fakultas Kedokteran Gigi Unhas). Dan, Tameem A.M.Nijim—asal Gaza (Fakultas Ekonomi Unhas).
Menjawab pertanyaan Pedomanku.com seputaran bantuan kepada mahasiswa Palestina masuk dalam salah satu asnaf, atau golongan penerima zakat, infak dan sedekah (ZIS), H.Jurlan mengaku, bantua tersebut masuk dalam asnaf Fisabilillah.
“Penerima zakat sudah sangat jelas, ada dalam 8 Asnaf yaitu Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Riqab, Gharimin, Fisabilillah dan Ibnu Sabil. Dan, khusus bantuan untuk mahasiswa Palestina yang menuntu ilmu di Makassar ini masuk dalam kategori asnaf Fisabilillah,” jelas jurnalis yang juga seniman ini.
Seperti diketahui, penuntut ilmu yang mencurahkan kemampuan dan meluangkan waktunya untuk mencari ilmu syari’at meski dia mampu berusaha (mencari nafkah) tetap boleh diberi zakat, karena menuntut ilmu termasuk salah satu macam jihad fi sabilillah,
Terpisah, Hanadi Y.M.Saheen—mahasiswa Palestian mewakili rekan rekannya di sela sela penerimaan bantuan pendidikan BAZNAS Kota Makassar merasa haru.
“Saya terharu sekali atas perhatian yang begitu besar dari masyarakat muslim di Makassar ini. Saya juga bangga dengan BAZNAS Makassar yang pada hari ini memberi bantuan yang begitu besar kepada kami mahasiswa dari Palestina,” tuturnya terbata bata.
Bantuan yang diberikan BAZNAS Makassar, demikian Hana—sapaan akrab Hanadi Y.M.Saheen sangat membantu. Pasalnya, saat ini hubungan ke keluarganya di Palestina tidak maksimal.
“Sebelum terjadi penyerangan ke negara kami (Palestina), setiap bulan kami dikirimi biaya dari keluarga. Hanya saja, terhenti akibat perang di sana. Sekalipun demikian, kami tetap tabah. Kami menghadapinya dengan doa, kiranya peperangan di sana terhenti. Dan, negara kami bisa bangkit kembali,” harapnya.
Hana mengakui, sebenarnya keluarga dirinya dan tujuh rekannya di Palestina mampu membiayai semua keperluan kuliah di Makassar. “Tetapi, maklumlah. Ini adalah cobaan. Cobaan besar yang kami hadapi, ketika kami berada jauh dari keluarga. Kami di sini, di Makassar ini untuk menuntut ilmu. Dan kalau selesai kuliah di sini, kami akan kembali untuk mengabdi di negara kami, Palestina,” urainya. (din pattisahusiwa—tim media baznas kota makassar)