Ketua terpilih Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Takalar (MUI) Takalar masa bakti 2023-2028, Maggaukang Rowa,di Ruang Pola Kator Bupati Takalar, Sabtu (13/5/2023) dinilai Rasis karena berkali kali menyebutkan kata pendatang di Takalar dengan nada provokatif.
Menyikapi hal ini, tokoh muda Muhammadiyah yang juga peserta dalam forum Musda, Syahrul Husain Dg Lotteng, ikut menyayangkan sikap Maggaukang Rowa ini.
“Iye, Sangat Sangat disayangkan dalam forum yang sangat mulia para ulama Takalar, ada pernyataan yang menyakiti hati kita semua. Apalagi dilontarkan dari seorang tokoh dewan pertimbangan ulama Takalar yang juga mantan ketua MUI Takalar atau terpilih menjadi MUI Takalar,” ujarnya.
Pernyataannya adalah kemunduran berfikir dan bertentangan dari nilai nilai Al Quran dan mencederai keadaban manusia. Padahal dalam pesan pesan historis Al Qur’an awal pondasi Islam dikokohkan oleh kaum Muhajirin dan Anshar.
“Penyebaran Islam didunia termasuk kebesaran Islam di Indonesia berkat perpaduan kekuatan dalam ketauhidan, ketaqwaan dan semangat memajukan peradaban bersama. Bukan pada kekuatan kesukuan,” urai Syahrul Husain.
Ia menambahkan, salah satu potongan pidato pada haji Wada, Rasulullah SAW mengatakan, wahai sekalian manusia, sesungguhnya Rabb kalian adalah satu, bapak kalian juga satu.
Ingatlah, tidak ada keutamaan yang dimiliki bangsa Arab atas bangsa non-Arab, tidak pula bangsa non-Arab atas bangsa Arab. Tidak pula orang berkulit merah dengan orang berkulit hitam, dan orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apakah aku telah menyampaikan?’Mereka menjawab, “Benar, wahai Rasulullah, Anda telah menyampaikan.
“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla telah mengharamkan (menyucikan) di antara kalian darah, harta benda, dan kehormatan kalian sebagaimana Allah ‘azza wajalla telah menyucikan hari, bulan, dan negeri ini. Apakah aku telah menyampaikan?”Mereka menjawab, “Rasulullah telah sampaikan.” . “Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir,” lanjut beliau. (HR. Ahmad, 12/226).
Seperti diketahui, Musda VIII MUI Takalar dengan tema “Menguatkan Sinergitas Ulama dan Umara untuk Takalar yg Bermartabat” digelar di ruang pola kantor bupati Takalar, Sabtu (13/5/2023).
Hadir memberikan sambutan pada pelaksanaan Musda ini Pj Bupati Takalar Dr. Setiawan Aswad sekaligus membuka Musda. Turut hadir Ketua DPRD, Dandim 1426, Kakan Kemenag beserta para Pimpinan Ormas, Pimpinan Pondok Pesantren, dan para Ketua MUI kecamatan.
Pada Musda dengan agenda pemilihan formatur, terpilih keterwakilan unsur perwakilan peserta Ormas, Pondok Pesantren, dan MUI kecamatan. Terpilihlah :
1. Hasid Hasan Palogai (ketua demisioner)
2. Aksin Suarso (sekretaris demisioner)
3. Manggaukang Rowa (ketua DP demisioner)
4. Basuki Rahmat (Muhammadiyah)
5. Abd. Hamid Hamta (NU)
6. H. Umar Nurhidayat (DMI)
7. KM. Aminullah (MUI kecamatan)
8. H. Tata (MUI kecamatan)
9. Baso Udin (MUI kecamatan)
10. Husain Maro (MUI kecamatan)
11. KH. Abd. Jalil (Pondok Pesantren)
Rapat formatur dengan agenda pemilihan Ketua Umum tidak berhasil melalui musyawarah mufakat, maka ditempuh dengan voting, hasilnya :
1. Manggaukang Rowa 4 suara.
2. Umar Nurhidayat 3 suara
3. Hasid Hasan Palogai 3 suara
4. Satu suara abstain.
Manggaukang Rowa pun dinyatakan terpilih sebagai Ketua Umum masa bakti 2023 – 2028.
Untuk pemilihan Ketua Dewan pertimbangan MUI tetap dilaksanakan voting, akhirnya terpilih Hasid Hasan Palogai sebagai Ketua Dewan Pertimbangan.
Rapat formatur dilanjutkan dengan agenda menyusun kelengkapan pengurus harian, juga menetapkan Wakil ketua Umum Umar Nurhidayat, Ketua H.Sakarang, Sekum HAgussalim DM dan Bendum Husain Maro.
Saat pidato Ketua Umum terpilih Manggaukang Rowa, Ia berulang-ulang menyebut kata pendatang, yang dinilai sangat rasis dan menyakiti hati sebagai peserta.
Beberapa pernyataannya yang kontroversial antara lain, dalam konteks MUI, harus dipimpin oleh orang asli Takalar, janganlah pendatang yg memimpin MUI. Ia juga menambahkan bahwa dirinya telah banyak dibohongi oleh pendatang.
Ia juga menyinggung ormas NU, kenapa mesti dipimpin oleh pendatang.
Maggaukang Rowa juga menilai Musda VII MUI lima tahun lalu tidak sah, dan berlangsung tidak sesuai AD/ART (PD/PRT), Ia merasa dicurangi.
Pernyataan kontroversi dan provokatif ini menuai sorotan sejumlah pihak. Kader muda NU secara tegas meminta Maggaukang Rowa meminta maaf secara terbuka kepada NU dan publik Takalar.
“Kami menilai pernyataan di forum Musda MUI yang menyinggung NU adalah bentuk pelecehan terhadap organisasi NU, termasuk menyerang secara pribadi tokoh NU ustadz Hasid, karena itu kami meminta agar ketua MUI terpilih meminta maaf secara terbuka kepada warga NU,” tambahnya.
Hal senada disampaikan ketua PMII Takalar Nur Alim Syarif. Ia pun secara tegas meminta Maggaukang Rowa meminta maaf kepada NU dan seluruh warga pendatang di Takalar karena telah menyakiti hati mereka.
Ia pun mengancam akan melakukan aksi demonstrasi, jika Maggaukang Rowa tidak secepatnya meminta maaf.
“Tidak layak seorang rasis menjadi ketua MUI yang sangat heterogen, kami minta yang bersangkutan bisa secepatnya meminta maaf secara terbuka kepada publik Takalar,” tegas mantan Ketua Hipermata Komisariat Unismuh ini.
Pasca musda MUI, akibat pernyataan ini beberapa jajaran pengurus pun ramai-ramai mengundurkan diri. Mereka diantaranya Sekretaris terpilih H.Agussalim Tika, dan Ketua Dewan Pertimbangan KH Hasid Hasan Palogai, dan H.Sakarang.
Dalam pantauan awak media, selama ini Maggaukang Rowa dikenal sering membuat pernyataan-pernyataan kontroversi dan provokatif dalam khutbah atau ceramah-ceramahnya. akibatnya beberapa masjid sudah tidak memberikannya ruang untuk khutbah ataupun ceramah. (amir)